Hari ini rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.340 – Rp14.380 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini, Kamis (7/4/2022) diprediksi masih terpengaruh lonjakan dolar AS setelah rilis risalah hasil pertemuan Federal Reserve.
Kemarin (6/4/2022), mata uang Garuda tercatat melemah 11,5 poin atau 0,08 persen ke Rp14.359 per dolar AS.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan hari ini mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.340-Rp14.380 per dolar AS.
“Dari sisi internal, pasar masih memantau perkembangan utang pemerintah pada Februari yang terus mengalami peningkatan,” kata dia dalam riset harian, dikutip Kamis (7/4/2022).
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat per akhir Februari posisi Utang pemerintah berada di angka Rp7.014,58 triliun dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 40,17 persen.
Menurut laporan APBN KiTa edisi Maret 2022, terjadi peningkatan total utang pemerintah seiring dengan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan penarikan pinjaman pada Februari 2022.
Sementara berdasarkan mata uang, utang Pemerintah didominasi oleh mata uang domestik Rupiah yaitu 70,07 persen. Selain itu, kepemilikan SBN oleh investor asing terus menurun sejak tahun 2019 yang mencapai 38,57 persen hingga akhir 2021 yang menyentuh 19,05 persen, dan per 15 Maret 2022 mencapai 18,15 persen. Penurunan kepemilikan SBN oleh asing terjadi di antaranya akibat ketegangan global serta volatilitas pasar.
Adapun, dari sisi ekternal, dolar AS melonjak ke level tertinggi hampir dua tahun pada akhir perdagangan Rabu (6/4/2022) waktu setempat, setelah risalah pertemuan Federal Reserve untuk Maret 2022.
Mengutip Antara, indeks dolar, yang mengukur nilai greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik ke 99,7780, level terkuat sejak akhir Mei 2020. Terakhir naik 0,1 persen di 99,588.
Pejabat Fed dalam sebuah risalah memandang kenaikan suku bunga besar dan kuat yang sesuai pada pertemuan mendatang, terutama jika tekanan inflasi meningkat.
“Ada kesadaran bahwa beberapa yang dovish telah mencapai wilayah kenaikan 50 basis poin dan kemungkinan itulah yang akan kita lihat pada beberapa pertemuan berikutnya karena tekanan inflasi tetap tinggi,” kata Ryan Detrick, kepala ahli strategi pasar di LPL Financial di Charlotte, North Carolina.
Pejabat Fed juga setuju untuk mengurangi neraca sebesar US$95 juta per bulan, terdiri atas US$60 miliar kepemilikan obligasi pemerintah dan US$35 miliar sekuritas yang didukung hipotek, selama tiga bulan.
Sumber Bisnis.com