Nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,15 persen atau 21 poin ke posisi Rp14.357 per dolar AS pada perdagangan kemarin, Rabu (8/12/2021).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan bergerak menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (9/12/2021).
Pada perdagangan kemarin, Rabu (8/12), nilai tukar rupiah ditutup kembali menguat 0,15 persen atau 21 poin ke posisi Rp14.357 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS terpantau melemah 0,23 persen ke level 96,15 pada pukul 15.15 WIB.
Untuk perdagangan hari ini, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah akan melanjutkan penguatannya.
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.330 – Rp14.380,” jelas Ibrahiim dalam riset hariannya, dikutip Kamis (9/12/2021).
Ia mengatakan mengungkapkan pasar terus memantau perkembangan posisi cadangan devisa November 2021 yang mengalami peningkatan setelah pada Oktober lalu menurun.
Ibrahim menyampaikan Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa pada November sebesar US$145,9 miliar atau naik tipis US$0,4 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar US$145,5 miliar.
“Peningkatan posisi cadangan devisa pada November 2021 dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa sentra penarikan pinjaman luar negeri pemerintah,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Ini pun berada di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.
Selain itu, dia juga menyampaikan bahwa cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ditambah lagi, survei konsumen BI pada November 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi Indonesia masih terus menguat.
Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November 2021 sebesar 118,5 atau lebih tinggi dari 113,4 pada Oktober 2021.
Sementara itu, dari sentimen global, Ibrahim menjelaskan bahwa dolar AS melemah didorong oleh turunnya imbal hasil Treasury AS dan investor saat ini menunggu data inflasi AS dan China yang akan dirilis besok, Kamis dan data indeks harga konsumen AS yang keluar sehari setelahnya.
Lalu juga terdapat sentimen kekhawatiran varian omicron Covid-19 meski dipaparkan tidak terlalu parah, tetapi vaksin yang ada juga disebutkan tidak mampu memberikan perlindungan penuh.
Sumber Bisnis.com