Rupiah dipengaruhi rilis data inflasi dan penyebaran varian Covid-19 omicron.
Nilai tukar rupiah diprediksi bergerak terbatas seiring dengan rilis data inflasi dan penyebaran varian omicron Covid-19.
“Pada Rabu (1/12/2021), mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi, ditutup melemah di rentang Rp14.320-Rp14.350 per dolar AS,” papar Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam publikasi risetnya.
Pada Selasa (30/11/2021), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 13 poin atau 0,09 persen ke level Rp14.332 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,367 poin atau 0,38 persen ke level 96,974 pada pukul 14.56 WIB.
Ibrahim mengatakan, pelaku pasar tetap berhati-hati tentang dampak varian omicron Covid-19 pada pemulihan ekonomi global.
“Omicron telah mendorong beberapa negara untuk menutup perbatasan mereka dan membayangi pemulihan ekonomi,” kata Ibrahim.
Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan risiko sangat tinggi dari lonjakan infeksi dari omicron, dengan beberapa negara sudah memperketat kontrol perbatasan. Namun, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa AS tidak akan memberlakukan kembali penguncian, yang memberikan investor sedikit dorongan.
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan pada hari Senin bahwa ia masih memperkirakan inflasi akan surut selama tahun 2022, karena penawaran dan permintaan menjadi lebih seimbang.
Namun, dia menambahkan bahwa kenaikan dalam kasus Covid-19 baru-baru ini dan munculnya varian omicron, menimbulkan risiko penurunan terhadap pekerjaan dan aktivitas ekonomi dan meningkatkan ketidakpastian inflasi.
Sementara dari dalam negeri, pemerintah bersama DPR RI akan segera melakukan revisi UU Cipta Kerja dan UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dalam rangka harmonisasi dalam pembentukan dan pelaksanaan UU Cipta Kerja ke depan setelah putusan MK.
Selanjutnya, pemerintah akan menyampaikan surat kepada Pimpinan DPR RI untuk memasukkan revisi UU ke dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2022 (Daftar Kumulatif Terbuka Akibat Putusan MK).
Di sisi lain, pasar juga memantau rilis data inflasi periode November 2021 pada hari ini. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) akan mengalami inflasi sebesar 0,36 persen secara bulanan (mom) dan 1,74 persen secara tahunan (yoy).
Sumber Bisnis.com