Pelaku pasar menunggu keputusan kebijakan The Federal Reserve. Bank sentral telah mengindikasikan dapat menaikkan suku bunga pada Maret 2022 untuk mengekang inflasi yang tinggi
Nilai tukar rupiah diprediksi masih dibayangi oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Rabu (19/1/2022).
Kemarin (18/1/2022), mata uang Garuda melemah 0,08 persen terhadap dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg di pasar spot, per pukul 15.05 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp14.335 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa ditutup melemah ke posisi Rp14.325 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.323 per dolar AS.
“Pelaku pasar menunggu keputusan kebijakan The Federal Reserve. Bank sentral telah mengindikasikan dapat menaikkan suku bunga pada Maret 2022 untuk mengekang inflasi yang tinggi,” kata analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, dikutip Rabu (19/1/2022).
Dari Asia, Bank of Japan mempertahankan suku bunganya tidak berubah pada -0,1 persen. Sedangkan, People’s Bank of China (PBoC) memicu ekspektasi pelonggaran moneter lebih lanjut setelah menurunkan suku bunga pinjaman kebijakan satu tahun sebesar 10 basis poin menjadi 2,85 persen.
Pergerakan PBoC sangat kontras dengan serangkaian kenaikan suku bunga yang diperkirakan akan dilakukan The Fed pada tahun ini.
Sementara itu, bank sentral di Indonesia, Malaysia, Norwegia, Turki, dan Ukraina juga akan mengumumkan kebijakan moneternya pada tengah pekan ini.
Mengutip Antara, Rabu (19/1/2022), nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia terapresiasi pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat di tengah momentum kenaikan imbal hasil obligasi AS.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,49 persen pada 95,7296.
Kecenderungan kenaikan dolar AS di pasar terjadi setelah imbal hasil treasury AS mengalami peningkatan, karena investor bersiap terhadap pengetatan kebijakan bank sentral AS.
Imbal hasil obligasi jangka waktu 10 tahun AS tercatat menguat di atas 1,87 persen yang merupakan titik tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Sumber Bisnis.com