Pada perdagangan Selasa (22/3), rupiah ditutup melemah 0,08 persen atau 11,50 poin sehingga parkir di posisi Rp14.348,00 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah berpotensi bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini, Rabu (23/3/2022), sejalan dengan pelemahan indeks dolar AS.
Pada perdagangan Selasa (22/3), rupiah ditutup melemah 0,08 persen atau 11,50 poin sehingga parkir di posisi Rp14.348,00 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS pada pukul 15.05 WIB terpantau menguat 0,3260 poin atau 0,33 persen ke level 98,8240.
Untuk perdagangan hari ini, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp14.280 – Rp 14.420 per dolar AS.
Sementara itu, dolar AS bergerak melemah tipis pada perdagangan hari ini, setelah kemarin juga ditutup terkoreksi. Hal ini disebabkan oleh memudarnya sentimen dari komentar Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell.
Indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama saingannya hari ini terpantau melemah 0,01 persen atau 0,13 poin ke level 98,48 pada pukul 08.14 WIB, setelah ditutup turun 0,06 persen ke 98.4980 pada perdagangan Selasa.
Pada Selasa (22/3), Presiden Fed St. Louis, James Bullard mengulangi seruannya agar The Fed bergerak agresif di Bloomberg TV. Presiden Fed San Francisco, Mary Daly mengatakan dia yakin risiko utama bagi perekonomian adalah memburuknya inflasi yang sudah tinggi karena harga minyak naik akibat konflik di Ukraina dan gangguan dalam rantai pasokan dari penanggulangan Covid-19 China.
Para pedagang memperkirakan peluang 61,6 persen untuk kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin pada pertemuan Fed Mei, menurut FedWatch CME, naik dari 50 persen pekan lalu.
Setelah komentar Powell, Goldman Sachs sekarang mengantisipasi bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan Mei dan Juni.
Investor berada dalam suasana risk-on karena saham-saham AS naik dan mengurangi daya tarik mata uang safe-haven greenback, dengan ekuitas mendapatkan dorongan, sebagian, dari saham-saham bank di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga Fed.
“Dolar didukung dengan baik oleh sikap suku bunga The Fed yang semakin hawkish tetapi turun dari puncaknya, selera risiko ada hubungannya dengan itu, dengan saham yang lebih tinggi yang menahan kenaikan dolar,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington, dikutip Antara, Rabu (23/3).
“Setidaknya untuk saat ini, tampaknya pasar memberi The Fed keuntungan dari keraguan bahwa bank sentral dapat mendorong soft landing (periode ketika pertumbuhan ekonomi melambat, tetapi ekonomi tidak memasuki resesi) dan itulah yang menopang selera risiko dan membatasi kenaikan dolar.”
Sumber Bisnis.com