Mata uang rupiah diprediksi akan menguat terbatas di kisaran Rp14.100-Rp14.150 per dolar AS pada Rabu (30/12/2020).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan melanjutkan pengutan terbatas pada perdagangan Rabu (30/12/2020), di tengah pertumbuhan kasus positif Covid-19.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (29/12/2020) rupiah parkir di level Rp14.130 per dolar AS berhasil terapresiasi 0,18 persen atau 25 poin melawan greenback.
Kinerja itu menjadi penguatan terbaik ke empat di antara mata uang Asia lainnya, tepat di bawah baht yang naik 0,44 persen, won yang menguat 0,4 persen, dan dolar Singapura yang naik 0,19 persen.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan menguat terbatas di kisaran Rp14.100-Rp14.150 per dolar AS pada Rabu (30/12/2020).
Dia mengatakan bahwa penguatan nilai tukar rupiah masih didukung sentimen penandatanganan stimulus jumbo oleh pemerintah AS untuk menahan pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Sentimen tersebut telah melemahkan dolar AS karena semakin tinggi jumlah stimulus akan meningkatkan likuiditas di pasar.
Pada perdagangan yang sama, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,38 persen ke posisi 89,992.
“Selain itu, kabar Dewan Perwakilan Rakyat memilih untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan stimulus bagi orang Amerika yang memenuhi syarat dari US$600 menjadi US$2.000 kemarin juga menjadi sentimen,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya.
Padahal, rupiah tengah dibayangi pertumbuhan kasus positif Covid-19 yang terus meningkat, terutama di DKI Jakarta. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan adanya penambahan kasus baru konfirmasi positif virus Corona (Covid-19) di Indonesia pada Selasa (29/12/2020) mencapai 7.903 orang sehingga totalnya menjadi 727.122 orang.
Pasar khawatir jika kasus terus bertambah maka Pemerintah DKI Jakarta diprediksi kembali menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang lebih ketat.
“Wacana rem darurat ini membuat pelaku pasar khawatir, sehingga di tahun depan akan lebih suram lagi bagi kondisi perekonomian di DKI Jakarta karena aktivitas ekonomi semakin terbatas dan stagnan, PHK dimana-mana dan pada akhirnya pengangguran kembali meningkat,” ujar Ibrahim.
Sumber Bisnis.com