Mayoritas mata uang regional terpantau melemah terhadap dolar AS pagi ini. Won Korea Selatan terdepresiasi 0,45 persen, sedangkan peso Filipina melemah 0,21 persen.
Mata uang rupiah diperkirakan bergerak mengikuti laju mata uang lainnya di kawasan Asia pada perdagangan hari ini, Rabu (8/9/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, mayoritas mata uang regional terpantau melemah terhadap dolar AS. Won Korea Selatan terdepresiasi 0,45 persen, sedangkan peso Filipina melemah 0,21 persen.
Sementara itu, ringgit Malaysia terpantau melemah 0,06 persen dan baht Thailand terkoreksi 0,08 persen.
Adapun mata uang Garuda ditutup naik 0,07 persen atau 10 poin ke posisi Rp14.212,5 per dolar AS pada perdagangan Selasa (7/9/2021).
Pelemahan mayoritas mata uang regional hari ini menyusul penguatan indeks dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,32 persen menjadi 92,5126 pada akhir perdagangan Selasa (7/9), menyusul kenaikan 0,2 persen di sesi sebelumnya.
Pada Jumat (3/9), greenback jatuh ke level terendah sejak awal Agustus setelah laporan tenaga kerja AS yang mengecewakan. Hal ini mendorong para analis untuk meningkatkan taruhan bahwa Federal Reserve tidak akan mengurangi stimulusnya dalam beberapa bulan mendatang.
kepala analis valas Scotiabank Shaun Osborne mengatakan dolar AS terlihat membentuk basis pergerakan dan terkonsolidasi dalam jangka penden setelah aksi jual pekan lalu.
“Federal Reserve menurut kami masih cenderung bergerak menuju tapering pada akhir tahun ini, ekonomi AS kemungkinan akan berkinerja relatif kuat, jadi pandangan kami adalah penurunan dolar kecil, pelemahan dolar kecil mungkin merupakan peluang beli,” kata Osborne, Selasa (7/9/2021).
Data pada Jumat (3/9) menunjukkan taruhan net long spekulan pada mata uang AS tumbuh dalam minggu terakhir, dengan nilai posisi net long dolar pada US$10,98 miliar untuk pekan yang berakhir 31 Agustus, posisi long terbesar sejak Maret 2020.
Dolar juga diuntungkan dari kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS karena pemerintah AS menjual utang baru minggu ini, termasuk surat utang tenor tiga tahun senilai US$58 miliar, obligasi 10 tahun senilai US$38 miliar dan oblgasi 30 tahun sebesar US$24 miliar.
Sumber Bisnis.com