Skip to content

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Selasa 10 Mei 2022, Data Ekonomi Jadi Katalis?

  • by

Mata uang rupiah kemungkinan akan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.450 – Rp14.600 per dolar AS hari ini.

Nilai tukar rupiah diperkirakan cenderung tertekan penguatan dolar AS pada Selasa (10/5/2022), meskipun data pertumbuhan ekonomi menunjukkan hasil positif.

Nilai tukar rupiah melemah 0,64 persen atau 92,7 poin ke Rp14.572 per dolar AS pada perdagangan Senin (9/5/2022), perdagangan perdana setelah libur Lebaran. Sementara itu, indeks dolar AS melesat 0,41 persen ke level 104,08.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, mata uang rupiah kemungkinan akan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.450 – Rp14.600 per dolar AS pada hari ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada kuartal I/2022 tumbuh 5,01 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan ini ditopang pulihnya sejumlah aktivitas ekonomi pasca-pandemi Covid-19.

Pertumbuhan signifikan ini juga karena ada low base effect pada kuartal pertama 2021 yang kita ketahui ekonomi Indonesia terkontraksi 0,7 persen.

“Pada kuartal pertama 2021 lalu, pertumbuhan ekonomi masih minus 0,7 persen. Inilah yang disebut low base effect atau kecenderungan pertumbuhan dari nilai yang kondisi awalnya rendah,” jelas Ibrahim, Senin (9/5/2022).

Meski tumbuh tinggi, perekonomian tanah air secara kuartal menurun bila dibandingkan dengan kuartal IV/2021 sebesar 0,96 persen. Dengan pertumbuhan ekonomi ini, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada kuartal I/2022 mencapai Rp4.513 triliun. Sedangkan nilai PDB atas dasar harga konstan Rp2.819 triliun.

Dari sisi lapangan usaha, 65,74 persen PDB berasal dari sektor industri, perdagangan, pertanian, pertambangan, dan konstruksi. Sementara itu berdasarkan komponen pengeluaran distribusi, PDB kuartal I/2022 berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi.

“Pergerakan mobilitas penduduk pada kuartal pertama 2022 sudah sangat baik. Kondisi ini memberi dampak positif kepada pertumbuhan produksi, konsumsi, dan investasi,” tambahnya.

Dari sentimen global, dolar AS menguat terhadap semua mata uang utama karena lockdown Covid di China, percepatan inflasi, dan memburuknya prospek pertumbuhan ekonomi global akibat perang di Ukraina serta Bank Sentral global yang akan menaikan suku bunga.

Perdana Menteri China Li Keqiang pada akhir pekan memperingatkan tentang situasi rumit ketika Beijing dan Shanghai memperketat pembatasan penduduk dalam upaya untuk menahan wabah Covid di kota-kota paling penting di negara itu.

Selain itu, Pertumbuhan ekspor China pada April melambat menjadi 3,9 persen dari tahun sebelumnya, laju terlemah sejak Juni 2020. Pada laporan pekan lalu menunjukkan aktivitas manufaktur jatuh ke level terburuk sejak Februari 2020.

Selanjutnya, The Fed memutuskan menaikkan suku bunga lebih agresif dan mengambil risiko resesi jika masalah rantai pasokan tidak mereda, kata Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari. Dia menegaskan bahwa pembuat kebijakan dengan mengamati seberapa jauh suku bunga harus naik di atas tingkat netral.

“Fokus ekonomi utama AS berikutnya adalah data inflasi harga konsumen pada Rabu. Ini diharapkan menunjukkan tekanan inflasi pada kecepatan tahunan 8,1 persen pada April, tepat di bawah prediksi Maret 8,5 persen,” ungkap Ibrahim.

Sumber Bisnis.com

You cannot copy content of this page