Mata uang rupiah berpeluang kembali menguat di rentang Rp.14.160—Rp.14.230 per dolar AS pada hari ini.
Mata uang rupiah diprediksi menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (11/5/2021) seiring dengan tren pelemahan indeks dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah masih akan mampu melanjutkan penguatannya meski ada kemungkinan tetap mengalami tekanan pasar di awal perdagangan.
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat di rentang Rp.14.160—Rp.14.230 per dolar AS,” paparnya, Senin (10/5/2021).
Kurs rupiah terpantau menguat berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Senin (10/5/2021). Data yang diterbitkan Bank Indonesia menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.198 per dolar AS, melonjak 91 poin atau 0,64 persen dari posisi Jumat (7/5/2021) Rp14.289 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda kemarin mengakhiri lajunya di level Rp14.197,50 per dolar AS setelah menguat 87,50 poin atau 0,61 persen sepanjang perdagangan.
Rupiah menghijau bersama sejumlah mata uang Asia lainnya seperti won Korea yang menguat 0,68 persen, rupee India dan yuan China yang kompak menguat 0,13 persen, ringgit Malaysia yang naik 0,12 persen, serta peso Filipina yang menguat tipis 0,02 persen.
Di saat yang sama, indeks dolar AS terpantau kembali menguat tipis 0,06 poin atau 0,07 persen ke level 90,29, setelah sebelumnya merosot ke level 90,12 yang merupakan level terendahnya sejak 26 Februari lalu.
Ibrahim mengatakan meksi dolar sedikit naik di awal pekan ini, pergerakannya masih sekitar level terendah dalam dua bulan seiring laporan ketenagakerjaan AS yang mengecewakan minggu sebelumnya dan implikasinya terhadap kebijakan moneter menjelang data inflasi yang akan dirilis akhir pekan ini.
Dia menilai investor juga tengah menunggu data inflasi AS termasuk Indeks Harga Konsumen Inti, yang akan dirilis akhir pekan ini. China juga akan merilis data inflasi pada hari Selasa, meski beberapa investor tetap pesimis karena indeks dolar sempat merosot.
Di sisi lain, rupiah tetap mampu menguat meski dari dalam negeri sentimen tak terlalu cerah yang mana efektivitas kebijakan pemerintah mempercepat pemulihan ekonomi masih jauh dari harapan.
“Ini terlihat dari penanganan pandemi Covid-19 yang masih belum konsisten sehingga selalu tertinggal dari negara negara lain yang sudah tumbuh positif dan bisa menangani covid-19 dengan vaksinasi,” kata Ibrahim.
Menurutnya, jika pemerintah tidak memperbaiki penanganan pandemi Covid-19 maka ada ketakutan di kuartal II/2021 pertumbuhan ekonomi masih akan terkontraksi dan masih terjebak dalam jurang resesi.
“Atau kalaupun positif kemungkinan hanya di 1-2 persen dan keluar dari jurang resesi,” kata dia.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS), pada Rabu (5/5/2021) lalu mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami kontraksi sebesar 0,74 persen secara tahunan.
Sumber Bisnis.com