Pemberlakukan PSBB Jakarta dan PSBB Jawa-Bali memengaruhi pergerakan rupiah karena berimbas terhadap prospek perekonomian.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini dibayangi dengan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa Bali dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta secara ketat.
Sepanjang pekan lalu, rupiah mengalami tren koreksi yang membawa kurs kembali ke level Rp14.000 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 112,5 poin atau 0,81 persen menjadi Rp14.022,5 per dolar AS pada perdagangan Jumat (8/1/2021). Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,1 persen menjadi 89,92.
Pengamat Pasar Modal MNC Asset Manajemen Edwin Sebayang menyampaikan jumlah kasus positif Covd-19 dalam tiga hari terakhir Jumat-Minggu rata-rata sejumlah 10.000 orang per hari. Bahkan menurut epidiomolog jika testing dan tracing dinaikan bukan mustahil bisa mencapai 30.000 – 40.000 orang per hari.
“Sehingga tidak mengherankan jika Senin ini dimulai PSBB Ketat yang tentunya memperlambat ritme perekonomian,” paparnya dalam publikasi riset, Senin (11/1/2021).
Edwin memprediksi laju rupiah cenderung terbatas dalam rentang Rp13.950 – Rp14.080 per dolar AS.
Sebelumnya, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rencana Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dapat menjadi katalis negatif yang memengaruhi pergerakan rupiah.
Namun, pengetatan ini dapat berpengaruh fatal terhadap konsumsi masyarakat yang berujung terhadap kontraksi pertumbuhan ekonomi di Kuartal I/2021 di kisaran 1 persen hingga 2 persen.
“Artinya, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang di gadang-gadang oleh pemerintah sebesar 5 persen kemungkinan tidak akan tercapai dan pemerintah kemungkinan akan merevisi pertumbuhan ekonominya di kuartal I/2021,” tambahnya.
Di sisi lain, lonjakan imbal hasil obligasi AS membebani mata uang pasar berkembang. Lonjakan imbal hasil benchmark global utama meningkatkan prospek jeda dalam penurunan dolar baru-baru ini, yang dapat merusak momentum reli untuk aset berisiko.
Kemunduran dalam mata uang pasar berkembang juga dapat mencerminkan tekanan pada posisi dolar.
Sumber Bisnis.com