Hari ini, mata uang Garuda diprediksi cenderung akan berada di rentang Rp14.200-14.325 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih bisa bertahan di teritori positif pada hari ini.
Vice President Economist PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menjelaskan, mata uang Garuda cenderung akan berada di rentang Rp14.200-14.325 per dolar AS.
Akhir pekan lalu dolar AS terpantau melemah terhadap mata uang G-10 lainnya di tengah data ketenagakerjaan AS yang cenderung mixed.
Di satu sisi, data tenaga kerja nonpertanian tercatat 235.000, lebih rendah dibandingkan proyeksi sebesar 735.000, dan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1.053.000.
“Namun, tingkat pengangguran AS tercatat sebesar 5,2 persen, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 5,4 persen,” jelas dia kepada Bisnis, Senin (6/9/2021).
Pada penutupan Jumat (3/9/2021) waktu setempat, indeks dolar AS melemah 0,21 persen ke level 92,035. Berbeda dengan pergerakan dolar, yield dari U.S. Treasury mengalami kenaikan setelah rilis data ketenagakerjaan.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik 4 basis poin ke level 1,32 persen. Sepanjang pekan lalu, seiring dengan lemahnya indikator perekonomian AS, Dollar bergerak melemah 0,70 persen secara mingguan
Pada akhir pekan lalu, lanjut Josua, sentimen risk-on meningkat di pasar Asia setelah investor memperkirakan bahwa data NFP cenderung berada di bawah bulan sebelumnya.
Rupiah ikut terdorong, dan cenderung menguat terhadap dolar AS. Sepanjang pekan, rupiah menguat terhadap dolar AS, yang diakibatkan oleh sentimen dovish dari The Fed dan lemahnya indikator AS.
“Di tengah penguatan rupiah pada Jumat, yield obligasi benchmark cenderung tidak berubah,” jelas dia.
Adapun pemerintah mengumumkan akan memotong pajak pendapatan final obligasi untuk investor domestik dari sebelumnya 15 persen menjadi 10 persen. Aturan ini sendiri tidak berlaku bagi dana pensiun dan perbankan.
Secara rata-rata, lanjutnya, volume perdagangan obligasi pemerintah pada minggu lalu tercatat sebesar Rp17,76 triliun, lebih rendah dibandingkan rata-rata volume perdagangan di minggu sebelumnya sebesar Rp23,6 triliun.
Sumber Bisnis.com