Level support rupiah memang masih di kisaran Rp14.000 dengan mempertimbangkan beberapa sentimen yang bervariasi mempengaruhi sentimen risiko.
Nilai tukar rupiah diperkirakan menguat menembus angka di bawah Rp14.000 dalam waktu dekat.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan dalam jangka pendek, level support rupiah memang masih di kisaran Rp14.000 dengan mempertimbangkan beberapa sentimen yang bervariasi mempengaruhi sentimen risiko.
“Optimisme vaksin serta stimulus fiskal pemerintah AS diperkirakan masih akan mendukung risk-on sentiment di pasar keuangan negara berkembang,” tuturnya kepada Bisnis, Jumat (4/12/2020).
Namun demikian, sentimen positif terbatasi oleh perkembangan jumlah kasus COVID-19 dalam beberapa waktu terakhir yang mencatatkan rekor kasus baru hariannya.
Hal tersebut terlihat pada pergerakan rupiah pada Jumat (4/12/2020), yang cenderung menguat 0,25 persen atau 35 poin ke level Rp14.105 per dolar AS.
Hal ini didukung oleh penguatan pasar SBN (Surat Berharga Negara) terindikasi dari penurunan imbal hasil atau yield SUN (Surat Utang Negara) 10 tahun sebesar 1-2bps ke level 6,19 persen. Di sisi lain, IHSG tercatat terkoreksi 0,21 persen atau 12,46 poin ke level 5.810,48.
“Dengan risk on sentimen yang cenderung mendominasi sentimen di pasar keuangan global, sehingga (hal ini) mendorong pelemahan indeks dolar AS,” sambung Josua.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan pekan lalu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama memang melemah 0,1 persen atau 0,013 poin ke posisi 90,701.
Dalam jangka pendek ini, pelaku pasar dinilai Josua akan mencermati beberapa rilis data ekonomi AS seperti non-farm payroll, tingkat pengangguran, neraca perdagangan, factory orders dan durable goods order.
Rilis data ekonomi AS yang positif mengindikasikan berlanjutnya pemulihan ekonomi AS berpotensi mendorong pelemahan dolar AS terhadap mata uang utama sehingga mendorong ruang penguatan mata uang Asia termasuk rupiah.
“Namun dalam jangka pendek ini rupiah diperkirakan akan berada di kisaran 14.050-14.200,” imbuhnya.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan pemulihan ekonomi dapat terbantu oleh sentimen terhadap aset berisiko yang sedang positif.
Hal ini ditambah dengan sentimen dengan uji keberhasilan vaksin Covid-19 dan pergerakan indeks dolar AS yang melemah, hal-hal tersebut diatas dianggapnya membantu pergerakan positif pada mata uang rupiah.
Ariston juga mengakui bahwa kenaikan kasus Covid-19 menjadi beban untuk laju penguatan rupiah.
Tetapi, laju aliran modal masuk dari eksternal membuat sentimen mata uang garuda positif sehingga berpeluang bisa menguat.
“Sentimen di atas membantu pemulihan ekonomi ke depan. Tembus Rp14.000 tinggal menunggu waktu,” ungkapnya.
Dia menilai jika pasar optimis pemulihan terjadi, aliran dana akan masuk ke risky country termasuk Indonesia sehingga rupiah akan menguat.
“Sisa tahun ini, mungkin saja bisa tembus (Rp14.000),” sambungnya.
Dia beranggapan pergerakan rupiah yang stabil justru baik untuk bisnis karena pelaku bisnis bisa mengkalkulasi biaya ke depan tanpa takut perbedaan hitungan akibat risiko nilai tukar.
Sumber Bisnis.com