Skip to content

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS, Jumat 15 Oktober 2021

  • by

Hari ini, mata uang Garuda kemungkinan dibuka berfluktuatif namun bisa ditutup menguat pada rentang Rp14.080 – Rp14.130 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah diprediksi melaju pada teritori positif akhir pekan ini, Jumat (15/10/2021).

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, mata uang Garuda kemungkinan dibuka berfluktuatif namun bisa ditutup menguat pada rentang Rp14.080 – Rp14.130 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, kemarin (14/10/2021) rupiah ditutup menguat tertinggi 100 poin atau 0,70 persen ke Rp14.117 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS turun 0,65 poin atau 0,69 persen ke 93,86.

Sementara, mata uang lainnya di Asia seperti dolar Singapura menguat 0,31 persen ke 1,3 dolar Singapura per dolar AS. Kemudian, won Korea Selatan menguat 0,57 persen ke 1.186 won per dolar AS. 

Nilai tukar rupee India juga menguat 0,14 persen ke 75,26 rupee per dolar AS, dan dolar Hong Kong menguat tipis 0,01 persen ke HK$7,77 per dolar AS.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, dolar AS sempat jatuh dari level tertinggi satu tahun pada Rabu (13/10/2021) karena imbal hasil treasury 10 tahun turun setelah data inflasi AS menunjukkan kelanjutan kenaikan harga.

Sementara itu, risalah dari pertemuan Federal Reserve pada September juga mengkonfirmasi tapering akan dimulai segera.

Indeks harga konsumen AS naik 0,4 persen bulan lalu versus kenaikan 0,3 persen yang diantisipasi oleh para ekonom. Tahun ke tahun, CPI meningkat 5,4 persen atau naik dari 5,3 persen pada Agustus.

Selanjutnya, imbal hasil pada treasury jangka pendek, yang biasanya bergerak seiring dengan ekspektasi suku bunga, meningkat setelah laporan tersebut, sementara imbal hasil yang lebih lama untuk jangka 10 tahun turun.

“Ini menunjukkan pasar masih belum menetapkan harga dalam periode inflasi yang berkelanjutan. Kesenjangan antara catatan treasury dua tahun dan 10 tahun ditutup ke level tersempit dalam dua pekan setelah melebar ke level tertinggi dalam tiga bulan,” tulis Ibrahim dalam riset harian.

Selain itu, lonjakan harga energi telah menambah kekhawatiran inflasi dan memicu taruhan bahwa Fed mungkin perlu bertindak lebih cepat untuk menormalkan kebijakan daripada yang diproyeksikan sebelumnya.

Risalah dari pertemuan kebijakan The Fed pada September juga mengisyaratkan bahwa para gubernur bank sentral dapat mulai mengurangi stimulus pada pertengahan November, meskipun masih ada ancaman dari inflasitinggi.

Dari sisi internal, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2021 yang sebentar lagi akan dirilis diperkirakan akan tumbuh sekitar 3,5 sampai 4,5 persen year on year (yoy),

“Walaupun turun dari kuartal kedua 2021 sebesar 7,07 persen, pemerintah masih optimistis bahwa perekonomian akan kembali bangkit,” jelasnya.

Sumber Bisnis.com

You cannot copy content of this page