Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan hari ini, Rabu (16/12/2020).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan hari ini, Rabu (16/12/2020). Rupiah tidak mampu memanfaatkan momentum tren pelemahan dolar.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 5 poin atau 0,04 persen ke level Rp14.125. Sementara itu indeks dolar terpantau turun 0,05 persen ke level 90,427. Rupiah melemah bersamaan dengan tren pelemahan mata uang Asia. Pelemahan mata uang Benua Kuning dipimpin won Korea Selatan yang melemah 0,09 persen.
Rupiah di tengah perdagangan sempat menguat. Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah bertengger di level Rp14.157,16 per dolar AS atau menguat 10,83 poin. Nilai tukar rupiah juga menguat 20 poin ke level Rp14.151 berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor.
Indeks dolar terpantau di sisi lain turun 0,04 pesen ke level 90,44. Indeks dolar turun ke level terendah sejak April 2018 saat pengururan stimulus tinggal menunggu disepakati di Kongres AS.
Harapan bahwa anggota parlemen AS dapat menyetujui pengeluaran 1,4 triliun dolar dan kejelasan lebih lanjut tentang distribusi vaksin Covid-19 telah membangkitkan selera risiko investor. Secara langsung hal itu membuat investor tidak lagi melirik mata uang safe haven seperti dolar. membuat mereka menjauh dari mata uang safe-haven.
Kemarin, (15/12/2020), rupiah melemah 25 poin atau 0,18 persen ke level Rp14.120 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama menguat 0,1 persen ke posisi 90,8.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan pelemahan rupiah diakibatkan oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat 2020 yang masih akan berkontraksi meski akan terjadi perbaikan.
“Untuk perdagangan besok pagi, mata uang rupiah kemungkinan dibuka melemah sebesar antara 10-40 poin di level Rp14.110-Rp14.180,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Rabu (16/12/2020).
Dia menjabarkan, pertumbuhan ekonomi masih lesu disebabkan angka kasus baru Covid-19 terus menunjukkan peningkatan. Adapun pemerintah berencana melakukan PSBB ketat yang diinstruksikan oleh pemerintah agar semua Gubernur kembali membatasi jam operasional hingga pukul 19.00 WIB.
Pengetatan masa bekerja di rumah juga kembali ditekankan guna mengantisipasi atau menekan lonjakan kasus Covid-19 pasca libur natal dan tahun baru 2021.
Menurut Ibrahim, alaupun nilai perdagangan Indonesia mengalami surplus, sentimen pengetatan PSBB membuat pasar kembali kecewa dan aliran modal asing kembali ke luar pasar finansial dalam negeri sehingga wajar jika mata uang garuda ikut terkoreksi.
Sumber Bisnis.com