Rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Jumat (17/12). Masuknya virus corona Omicron ke Indonesia menjadi biang kerok melemahnya rupiah, padahal dolar AS sebenarnya sedang terpuruk.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 14.350/US$. Depresiasi rupiah kemudian bertambah menjadi 0,21% ke Rp 14.370/US$ pada pukul 10:11 WIB.
Kemarin rupiah sebenarnya juga menguat melawan dolar AS, tetapi langsung berbalik setelah virus corona Omicron dilaporkan sudah masuk ke Indonesia.
Omicon merupakan varian virus corona yang paling mudah menular dibandingkan varian lainnya. Meski dikatakan hanya menimbulkan gejala ringan, tetapi jika penyebarannya semakin meluas dikhawatirkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan kembali diperketat, dan membuat perekonomian kembali melambat.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang memberikan keterangan pers kemarin mengungkapkan Kemenkes sudah mendeteksi virus corona varian omicron di tanah air.
Ia menambahkan pasien positif Covid-19 varian Omicron ini merupakan pekerja kebersihan di Wisma Atlet, Jakarta.
“Pada 10 Desember diterima ada 3 pekerja pembersih Wisma Atlet PCR, terkonfirmasi positif omicron 1 orang,” terang Budi.
Budi menambahkan ketiga orang ini tanpa gejala. Tidak ada demam. Ketiganya di karantina di Wisma Atlet tanpa gejala. Sudah diambil PCR-nya sudah negatif,” terangnya.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 bergerak cepat merespons temuan virus corona varian omicron. Salah satu langkah adalah melakukan tanggap darurat.
“Pemerintah mengoptimalkan upaya tanggap darurat untuk mencegah meluasnya penularan varian Covid-19 di dalam negeri, kemudian menyusun kebijakan yang disesuaikan dengan masukan pakar dan petugas di lapangan,” ujar Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers, Kamis (16/12/2021).
Selain itu, lanjut dia, Satgas Penanganan Covid-19 berkomitmen memperketat karantina 10-14 hari.
Sementara itu indeks dolar AS pada perdagangan Kamis merosot 0,54% ke 95,994 sehari setelah bank sentral AS (The Fed) mengumumkan kebijakan moneternya.
The Fed mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) diperbesar menjadi US$ 30 miliar setiap bulannya dari saat ini US$ 15 miliar. QE The Fed saat ini nilainya US$ 90 miliar sehingga mulai bulan Januari QE The Fed nilainya sebesar US$ 60 miliar, dan terus dikurangi setiap bulannya, hingga berakhir di bulan Maret.
Kemudian untuk suku bunga, dilihat dari Dot Plot anggota Federal Open Market Committee (FOMC), akan ada tiga kali kenaikan suku bunga di tahun depan.
Dengan kenaikan suku bunga sebanyak 3 kali, riil yield di Amerika Serikat masih akan negatif tahun depan. Saat ini yield Treasury tenor 10 tahun berada di 1,4582%. Jika tahun depan The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali sebesar 75 basis poin, hitung-hitungan kasar yield Treasury juga akan ikut naik 75 basis poin sehingga menjadi sekitar 2,2%.
Sementara inflasi di tahun depan, The Fed memperkirakan sebesar 2,6%, lagi-lagi hitungan kasar, riil yield di AS masih akan negatif sekitar 0,4%.
Apalagi itu jika The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali. Sementara ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan suku bunga akan dinaikkan jika pasar tenaga kerja maksimum sudah tercapai.
Artinya, jika kondisi pasar tenaga kerja maksimum belum tercapai, The Fed bisa jadi akan menunda menaikkan suku bunga atau hanya menaikkan satu atau dua kali, sehingga riil yield bisa negatif lebih dalam lagi. Hal tersebut membuat dolar AS tertekan.
Bandingkan dengan Indonesia, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun di kisaran 6,3% dan inflasi di bulan November 1,75% (yoy), riil yield masih positif sekitar 4,5%.
Direktur Riset BRI Research Institute, Anton Hendranata memprediksi inflasi domestik di tahun 2022 bisa menyentuh 2,8% -3,3%.
Meskipun inflasi di tahun depan diperkirakan akan meningkat, riil yield masih akan tetap positif. Apalagi, ada kemungkinan Bank Indonesia (BI) juga akan menaikkan suku bunga di tahun depan, sehingga keunggulan yield masih bisa terjaga dan menarik arus modal masuk ke dalam negeri.
Sumber CNBC Indonesia