Skip to content

Pagi Garang, Rupiah Kini Malah Nyaris Balik Melemah

  • by

Rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (2/6/2021), tetapi semakin siang malah mengendur. Mata Uang Garuda bahkan nyaris berbalik melemah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,32% ke Rp 14.230/US$. Level tersebut menjadi yang terkuat pada hari in, rupiah kemudian perlahan memangkas penguatan hingga tersisa 0,04% saja di Rp 14.270/US$.

Meski demikian, rupiah terlihat masih akan mempertahankan penguatan di sisa perdagangan hari ini. Hal tersebut tercermin dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang sedikit lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Rilis data manufaktur Indonesia yang menunjukkan rekor ekspansi membuat rupiah melesat di pembukaan perdagangan.

Sebelum perdagangan hari ini dibuka, IHS Markit merilis data aktivitas sektor manufaktur bulan Mei yang dilihat dari purchasing managers’ index (PMI). Data menunjukkan PMI manufaktur Indonesia bulan Mei sebesar 55,3, melesat dibandingkan bulan sebelumnya 54,6.

PMI manufaktur di bulan April tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang masa, artinya di bulan Mei rekor tersebut pecah lagi.

Terus meningkatnya ekspansi sektor manufaktur tentunya menjadi kabar bagus bagi Indonesia, dan memperkuat optimisme akan lepas dari resesi di kuartal II-2021. Sektor manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Mei 2021. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi pasar.

BPS melaporkan terjadi inflasi 0,32% pada Mei 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara dibandingkan Mei 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi tercatat 1,68%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi bulan kelima tahun ini di 0,305% mtm. Sementara laju inflasi dibandingkan Mei 2020 diperkirakan sebesar 1,67%.

Inflasi inti dilaporkan tumbuh 1,37% YoY, sama persis dengan konsensus. Kenaikan inflasi tersebut bisa menjadi indikasi daya beli masyarakat yang membaik.

Sumber Bisnis.com

You cannot copy content of this page