Rupiah sukses mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Selasa (19/10). Meski demikian, penguatan rupiah terpangkas setelah mendekati lagi Rp 14.000/US$. Pasar kini menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) selepas tengah hari.
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melesat 0,39% ke Rp 14.050/US$. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat hari ini, setelahnya apresiasi rupiah terpangkas hingga tersisa 0,1% di Rp 14.090/US$.
Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.080/US$, menguat 0,18% di pasar spot.
Di sisa perdagangan hari ini, rupiah masih sulit untuk menembus Rp 14.000/US$, terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
BI diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2021. Gubernur BI, Perry Warjiyo dan kolega mengadakan RDG pada 18-19 Oktober 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%.
Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus sepakat bulat, tidak ada dissenting opinion.
Pelaku pasar akan menanti pernyataan-pernyataan yang menunjukkan bagaimana kesiapan BI menghadapi tapering bank sentral AS (The Fed) yang kemungkinan terjadi pada bulan depan. Apalagi, ada ekspektasi di pasar The Fed akan menaikkan suku bunga di bulan September 2023. Sehingga pengumuman kebijakan BI kali ini bisa memberikan dampak yang signifikan ke rupiah.
Sumber Bisnis.com