Skip to content

Pantang Menyerah! Rupiah Tipiskan Pelemahan atas Dolar AS

  • by

Rupiah sukses memperkecil pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Senin (20/9). Di sisa perdagangan hari ini, rupiah masih berpeluang terus memperkecil pelemahan, meski untuk berbalik menguat masih berat.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,11% ke Rp 14.240/US$, setelahnya depresiasi membengkak hingga 0,35% di Rp 14.275/US$.
Pada pukul 12:00 WIB, pelemahan rupiah terpangkas menjadi 0,21%, berada di Rp 14.255/US$.

Tanda rupiah masih sulit untuk menguat terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi. Tetapi penguatannya tidak terlalu besar.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula.Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London. 

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Penguatan dolar AS di awal pekan ini terjadi jelang pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pada Kamis (23/9) dini hari waktu Indonesia. Pelaku pasar akan melihat kejelasan mengenai tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

“Dolar AS sedikit mengalami penguatan. Setiap orang kini menanti The Fed, menunggu sinyal tapering” kata Imre Speizer, analis dari Westpac, sebegaimana dilansir CNBC International.

Tidak hanya tapering, pada pengumuman rapat kebijakan moneter kali ini juga akan berisi dot plot, yakni proyeksi suku bunga The Fed dalam beberapa tahun ke depan.

Dot plot edisi sebelumnya menunjukkan mayoritas anggota dewan The Fed melihat suku bunga akan naik di tahun 2023, dan sebanyak 2 kali. Beberapa pejabat The Fed juga melihat kemungkinan suku bunga dinaikkan tahun depan.

Menurut Marshall Gitter dari perusahaan pialang BDSwiss, jika ada tambahan 2 anggota The Fed merubah proyeksi mereka dan melihat suku bunga naik tahun depan, maka akan merubah proyeksi dot plot, dan mayoritas melihat suku bunga akan naik tahun depan.

“Jadi, sangat mungkin mereka akan merubah proyeksi dari tidak ada kenaikan suku bunga menjadi kenaikan satu kali di tahun depan,” kata Marshall.

Sumber Bisnis.com

You cannot copy content of this page