Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Rabu (10/3/2021). Meski demikian, rupiah masih terpaku di level yang sama sepanjang perdagangan hari ini.
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,07% ke Rp 14.380/US$, dan bertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB.
Peluang rupiah untuk mempertebal penguatan cukup tipis, bahkan ada risiko stagnan hingga berbalik melemah, sebab kurs di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Setelah tertekan sejak awal pekan, rupiah akhirnya menunjukkan tanda-tanda penguatan pada hari ini.
Dalam 2 hari terakhir, capital outflow yang cukup besar terjadi baik di pasar saham Indonesia maupun pasar obligasi, yang membuat rupiah tertekan.
Di pasar saham, data perdagangan menunjukkan investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 740 miliar kemarin. Sementara awal pekan kemarin net sell tercatat Rp 414 miliar. Artinya dalam 2 hari terjadi capital outflow lebih dari 1,1 triliun.
Sementara pada hari ini, terpantau investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) Rp 98 miliar di perdagangan sesi I.
Sementara itu di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun stagnan, setelah sempat naik tajam kemarin dan di awal pekan.
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, saat yield naik artinya harga sedang turun, begitu juga sebaliknya. Ketika harga sedang turun, artinya sedang terjadi aksi jual, yang bisa menjadi indikasi capital outflow.
Membaiknya sentimen pelaku pasar global terjadi setelah yield obligasi (Treasury) AS menurun. Bursa saham Eropa dan Amerika Serikat Selasa waktu setempat, dan Asia pagi kembali ke zona hijau. Alhasil, rupiah kembali diuntungkan, dan mampu menguat melawan dolar Singapura.
Sumber CNBC Indonesia