Nilai tukar rupiah jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Rabu (17/2/2021). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menjadi fokus pelaku pasar, selain itu kenaikan yield obligasi (Treasury) AS juga membuat dolar “mengamuk” membuat rupiah sempat menembus ke atas Rp 14.000/US$.
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melemah 0,22% ke Rp 13.950/US$. Rupiah tidak sekalipun merasakan zona hijau, malah semakin jeblok hingga 0,72% ke Rp 14.020/US$.
Posisi rupiah membaik, dan berada di level Rp 13.970/US$, melemah 0,36% di pasar spot.
Di sisa perdagangan hari ini, peluang rupiah untuk kembali menguat juga sangat tipis. Hal tersebut terlihat dari kurs non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
RDG BI dimulai hari ini, dan hasilnya akan diumumkan Kamis besok. Pada kesempatan sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan memiliki ruang untuk kembali menurunkan suku bunga, guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Perry mengatakan pemulihan ekonomi Indonesia sedang berlangsung, tetapi masih di bawah ekspektasi BI.
Oleh karena itu, ruang pemangkasan suku bunga kemungkinan besar akan dimanfaatkan oleh BI, apalagi nilai tukar rupiah terbilang stabil. Masalahnya, ketika suku bunga dipangkas nanti, rupiah kemungkinan besar akan tertekan, sebab selisih imbal hasil dengan AS akan menyempit.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia juga menunjukkan BI diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,5% besok.
Di sisi lain dalam 2 hari terakhir, indeks dolar AS menguat tipis-tipis setelah sempat tertekan di awal perdagangan. Tetapi pagi tadi, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut sudah naik 0,26%, dan siang ini tersisa 0,15% di 90,644. Kenaikan cukup tajam tersebut membuat dolar AS “mengamuk” pagi tadi, yang membuat rupiah jeblok ke atas Rp 14.000/US$.
Bangkitnya indeks dolar AS tersebut dipicu oleh naik yield obligasi (Treasury) AS ke level tertinggi sejak Februari 2020, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi.
Sumber CNBC Indonesia