Setelah tertekan sejak awal pekan, rupiah akhirnya bangkit pada perdagangan Rabu (13/1/2020). Tidak tanggung-tanggung, 3 dolar berhasil dibungkam.
Republik Indonesia (RI) yang memulai vaksinasi masal hari ini turut memberikan tenaga bagi rupiah.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:00 WIB, rupiah menguat 0,42% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.060/US$. Penguatan ini, jika berhasil dipertahankan hingga penutupan, akan menjadi yang pertama setelah melemah 4 hari beruntun dengan total 1,73%.
Sementara itu melawan dolar Singapura, rupiah menguat 0,41% ke Rp 10.624,15/SG$. Rupiah sebelumnya melemah 3 hari beruntun melawan mata uang Negeri Merlion.
Kemudian ada dolar Australia yang juga dibuat melemah 0,5% ke Rp 10.916,18/AU$. Rupiah mampu bangkit dari level terlemah dalam lebih dari 6 tahun terakhir melawan dolar Australia.
Vaksinasi massal yang dimulai hari ini memberikan sentimen positif ke rupiah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Warga Negara Indonesia pertama yang mendapat suntikan vaksin CoronaVac buatan perusahaan farmasi asal China, Sinovac. Setelah Jokowi, ada beberapa pejabat yang ikut divaksinasi.
Meski prosesnya akan memakan waktu yang cukup panjang untuk agar vaksinasi di seluruh Indonesia selesai, tetapi harapan akan hidup berangsur-angsur normal kembali, dan perekonomian bisa bangkit kembali.
Rupiah maupun mata uang emerging market (EM) lainnya memang diramal akan bangkit di tahun ini, salah satunya karena faktor vaksinasi.
Reuters melakukan survei terhadap 50 ahli strategi mata uang pada periode 4 – 7 Januari, hasilnya mata uang negara berkembang yang beberapa bulan terakhir menguat diramal akan melanjutkan penguatan di 2021. Indeks mata uang negara berkembang diperkirakan sekitar 2% dalam 12 bulan, meski beberapa negara masih belum akan mampu pulih ke level sebelum virus corona melanda.
Sementara itu, sebanyak 38 orang ahli strategi yang disurvei mengatakan yield yang tinggi, serta program vaksinasi yang sukses akan menjadi pemicu utama penguatan mata uang EM. Sementara 10 orang, melihat pemulihan ekonomi domestik sebagai pendorong utama.
Rupiah memiliki 3 hal yang disebutkan tersebut untuk menguat di tahun ini. Vaksinasi sudah resmi dimulai hari ini.
Kemudian yield atau imbal hasil obligasi Indonesia masih lebih tinggi ketimbang negara-negara EM lainnya. Yield tenor 10 tahun misalnya masih di kisaran 6%, dengan inflasi sekitar 1,6% year-on-year (YoY), maka real yield yang dihasilkan sekitar 4,4%.
Real yield tersebut masih lebih tinggi ketimbang Brasil sebesar 2,7% (yield obligasi tenor 10 tahun 7%, inflasi 4,3%). Kemudian China dengan real yield 3,7%, atau tetangga dekat Malaysia sebesar 4,2%.
Real yield India bahkan negatif 1%, sebab yield obligasi tenor 10 tahun sebesar 5,9% sementara inflasi justru mencapai 6,9% YoY. Real yield Indonesia hanya kalah dari Afrika Selatan sebesar 5,5%.
Terakhir dari segi pemulihan ekonomi, Dana Moneter Internasional (IMF) berikan pandangan positif untuk ekonomi Indonesia 2021.
Perkiraan pertumbuhan Produk Domestic Bruto (PDB) Indonesia tahun 2021 berada di 4,8% lebih besar 40 basis poin (bps) ketimbang perkiraan IMF sebelumnya di 4,4%. Tahun 2022, ekonomi Indonesia bahkan diprediksi tumbuh 6%.