Rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (5/5/2021). Tetapi, perlahan berhasil bangkit dan stagnan pada tengah hari. Di sisa perdagangan hari ini rupiah berpeluang balik menguat merespon rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2021.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,03% setelahnya membengkak menjadi 0,14% di Rp 14.445/US$. setelahnya rupiah berhasil memangkas pelemahan dan berada di Rp 14.425/US$ pada pukul 12:00 WIB.
Tanda-tanda rupiah bisa menguat di sisa perdagangan hari ini terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (ND) yang lebih kuart siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal I-2021. Hasilnya, ekonomi Tanah Air masih tumbuh negatif alias terkontraksi.
Pada Rabu (5/5/2021), Kepala BPS Suhariyanto menyebut Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tiga bulan pertama 2021 tumbuh -0,96% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Sementara dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), ekonomi Indonesia tumbuh 0,74%.
Realisasi ini tidak jauh dari ekspektasi pasar, bahkan sedikit lebih baik. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB terkontraksi 1,09% qtq, sementara secara tahunan diperkirakan terjadi kontraksi 0,87% yoy.
Dengan demikian, kontraksi PDB Indonesia genap terjadi selama empat kuartal beruntun. Artinya, Indonesia terjebak di ‘jurang’ resesi ekonomi selama satu tahun.
Meski demikian, dengan kontraksi yang lebih baik dari prediksi, kebangkitan ekonomi di kuartal II-2021 tentunya berpeluang lebih tinggi dari prediksi, yang menjadi sentimen positif bagi rupiah.
Sumber CNBC Indonesia