Nilai tukar rupiah bergerak agak liar melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Rabu (9/6/2021). Rilis data dari dalam negeri yang cukup bagus membuat rupiah kuat, tetapi pelaku pasar yang berhati-hati jelang rilis data inflasi AS membuat dolar AS untuk sementara lebih diunggulkan.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.250/US$. Sempat menguat 0,11% kr Rp 14.235/US$, rupiah kemudian berbalik melemah 0,14%. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di level Rp 14.265/US$.
Di sisa perdagangan hari ini jalan rupiah untuk kembali menguat cukup berat, meski peluangnya masih belum tertutup. Hal tersebut terindikasi dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang sedikit lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Data yang dirilis dari dalam negeri menunjukkan konsumen semakin percaya diri melihat perekonomian saat ini dan beberapa bulan ke depan. Ini terlihat dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK periode Mei 2021 sebesar 104,4. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 101,5.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Jika di atas 100, maka artinya konsumen optimistis memandang perekonomian baik saat ini hingga enam bulan mendatang.
Konsumen yang semakin pede, menjadi indikasi peningkatan konsumsi, yang semakin menguatkan ekspektasi Indonesia lepas dari resesi di kuartal ini.
Sementara itu, isu tapering atau pengurangan program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed tampaknya belum sepenuhnya meredup.
CNBC International melaporkan The Fed kemungkinan sudah mulai mendiskusikan tapering di bulan ini atau bulan depan. Meski demikian, pengumuman kapan tapering akan dilakukan baru akan dilakukan pada bulan September atau November. Dan tapering pertama akan dilakukan pada Desember tahun ini atau Januari tahun depan.
Besok pemerintah AS akan merilis data inflasi yang menjadi salah satu acuan The Fed dalam memutuskan tapering. Sehingga pelaku pasar akan berhati-hati menjelang rilis data tersebut.
Sumber CNBC Indonesia