Skip to content

Rupiah Balik Lagi ke Rp 14.300/US$, Ada Apa?

  • by

Pascamenguat tajam dalam 2 hari terakhir, rupiah kembali menguat di awal perdagangan Rabu (1/9/2021). Tetapi, semakin siang rupiah justru berbalik ke zona merah.

Melansir data Refinitiv, rupiah menguat 0,11% di pembukaan perdagangan, sekaligus menjadi yang terkuat pada hari ini. Rupiah setelahnya malah masuk ke zona merah, melemah hingga 0,25% di Rp 14.300/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Dalam 2 hari sebelumnya, rupiah membukukan penguatan lebih dari 1%, sehingga wajar hari ini diterpa aksi ambil untung.

Melihat pergeraknnya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi, rupiah berisiko menghentikan laju impresifnya.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Beberapa data ekonomi dirilis dari dalam negeri pada hari ini. IHS Markit melaporkan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia masih mengalami kontraksi di bulan Agustus, meski membaik dari bulan sebelumnya. Angka PMI bulan Agustus dilaporkan sebesar 43,7 dari sebelumnya 40,1.

Di bulan ini ada peluang PMI manufaktur akan semakin membaik, dan tidak menutup kemungkinan terjadi ekspansi, sebab Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah kembali dilonggarkan, dan beberapa wilayah turun ke level 3. Beberapa sektor sejak 2 pekan lalu juga sudah diizinkan work from office (WFO) 100%, tentunya dengan syarat dan protokol kesehatan ketat.

Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data laju inflasi Indonesia periode Agustus 2021. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi, laju inflasi masih lambat. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto melaporkan inflasi Agustus 2021 adalah 0,03% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 1,59%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,03% pada Agustus 2021 dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara dibandingkan Agustus 2020 terjadi inflasi 1,59%.

Rendahnya inflasi tersebut memberikan gambaran lemahnya daya beli masyarakat, yang tentunya berdampak negatif bagi rupiah.

Sumber CNBC Indonesia

You cannot copy content of this page