Rupiah berpeluang menembus level Rp13.900 pada Rabu esok. Hal ini terjadi seiring dengan perbaikan sentimen risiko yang dipengaruhi harapan investor terkait stimulus fiskal AS.
Nilai rupiah diprediksi berbalik menguat pada perdagangan Rabu (3/2/2020) besok seiring dengan perbaikan sentimen risiko di pasar luar negeri.
Berdasarkan data Bloomberg, pada Selasa (3/2/2021), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 2,5 poin atau 0,02 persen ke level Rp14.025 per dolar AS. Indeks dolar di sisi lain turun 0,05 persen level 90,937.
Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.044 per dolar AS, melemah 2 poin atau 0,01 persen dari posisi Rp14.042 pada Senin (1/2/2021).
VP Economist Bank Permata Josua Pardede menuturkan, nilai rupiah berpeluang menembus level Rp13.900 pada Rabu esok. Hal ini terjadi seiring dengan perbaikan sentimen risiko yang dipengaruhi harapan investor terkait stimulus fiskal AS.
“Ekspektasi stimulus AS yang mendorong pelemahan indeks dolar AS akan berimbas pada risk-on sentimen di pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia,” katanya saat dihubungi pada Selasa (2/2/2021).
Selain itu, rupiah juga didukung oleh penurunan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun yang turun sekitar 2 basis poin menjadi 6,14 persen. Penurunan yield tersebut juga ditopang oleh hasil lelang SUN pada hari ini yang mencatatkan penawaran sebesar Rp83,79 triliun.
“Nilai rupiah kemungkinan akan diperdagangkan di kisaran Rp13.975 hingga Rp14.100 per dolar AS,” katanya.
Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan konsolidasi di pasar keuangan domestik masih akan menekan pergerakan rupiah Rabu esok. Selain itu, volalitas pasar saham AS juga mulai menunjukkan kenaikan yang akan berimbas negatif pada rupiah.
Yusuf mengatakan, kenaikan fluktuasi pasar AS menimbulkan kekhawatiran investor global. Hal tersebut akan mendorong investor untuk lebih banyak memegang dolar AS yang sifatnya lebih stabil dibandingkan mata uang lain.
Selain itu, pernyataan Presiden Joko Widodo terkait efektivitas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang rendah akan memperberat sentimen negatif rupiah. Pernyataan tersebut mengindikasikan proses pemulihan ekonomi akan berjalan lebih lambat.
“Nilai rupiah kemungkinan akan bergerak di level Rp14.025 hingga Rp14.100,” kata Yusuf.
Sumber Bisnis.com