Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (17/3/2021). Mata Uang Garuda pada hari ini kemungkinan masih akan bergerak tipis-tipis saja seperti sejak awal pekan lalu, sebab besok 2 bank sentral akan mengumumkan kebijakan moneternya, salah satunya dikatakan bisa memicu “kegilaan di bulan Maret”.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.400/US$, tetapi tidak lama langsung melemah tipis 0 ,07% ke Rp 14.410/US$.
Kemarin, rupiah melemah tipis 0,03%, padahal nyaris sepanjang perdagangan berada di zona hijau. Yield obligasi (Treasury) AS pada Selasa pagi sempat turun 1,9 basis poin, tetapi kemudian berbalik naik di sore hari yang membuat rupiah akhirnya melemah.
Pergerakan tersebut mengindikasikan besarnya pengaruh yield Tresaury AS terhadap rupiah. Maklum saja, kenaikan yield Treasury berisiko memicu capital outflow di pasar obligasi Indonesia, sebab selisih dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) menjadi menyempit.
Capital outflow di bulan ini cukup besar, yang membuat rupiah sulit menguat. Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) pada periode 1 sampai 15 Maret, investor asing melepas kepemilikan SBN nyaris Rp 20 triliun. Capital outflow tersebut lebih besar ketimbang sepanjang bulan Februari Rp 15 triliun.
Kenaikan yield Treasury selain membuat dolar AS perkasa juga berisiko menaikkan biaya pinjaman di AS, yang berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. Oleh karena itu, bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan mengambil langkah guna meredam kenaikan yield Treasury.
The Fed pada rapat kebijakan moneter 16 – 17 Maret waktu setempat diperkirakan akan mengaktifkan kembali Operation Twist yang pernah dilakukan 10 tahun yang lalu, saat terjadi krisis utang di Eropa.
Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.
Hasil rapat kebijakan moneter tersebut baru akan diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia, sehingga pergerakan besar baru akan terjadi besok
CIO BlackRock, Rick Rieder mengatakan konferensi pers ketua The Fed, Jerome Powell, akan menarik untuk dilihat dan bisa menjadi “kegilaan di bulan Maret” bagi pasar, sebab ada kemungkinan Powell akan menjelaskan mengenai kebijakan suku bunga ke depannya.
“Jika Powell (ketua The Fed) tidak mengatakan apapun, itu akan menggerakkan pasar. Jika dia memberikan banyak penjelasan itu akan menggerakkan pasar,” kata Rieder, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (16/3/2021).
Selain The Fed, Bank Indonesia (BI) juga mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) mulai hari ini, dan hasilnya akan diumumkan Kamis siang. Pergerakan rupiah akan menjadi menarik merespon dua pengumuman kebijakan moneter tersebut.
Sumber CNBC Indonesia