Nilai tukar rupiah mampu mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Jumat (7/5/2021). Di sisa perdagangan hari ini, rupiah terlihat masih akan perkasa, sehingga bisa membukukan penguatan 3 pekan beruntun.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung melesat 0,45% ke Rp 14.250/US$, setelahnya penguatan bertambah ke Rp 14.245/US$. Level tersebut menjadi yang terkuat hingga siang ini, rupiah mengendur dan berada di Rp 14.285/US$, menguat 0,21% pada pukul 12:00 WIB.
Hingga Kamis kemarin, rupiah sudah membukukan penguatan 0,87%. Sehingga jika tidak ada kejadian luar biasa yang membuatnya berbalik arah hari ini, rupiah akan membukukan penguatan 3 pekan beruntun, dan menjadi yang terpanjang di tahun ini.
Peluang rupiah untuk mencetak level terkuat baru di sisa perdagangan hari ini cukup kecil melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lema siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Penguatan rupiah tak lepas dari jebloknya indeks dolar AS kemarin sebesar jeblok 0,39% dan berlanjut 0,08% siang ini.
Jebloknya indeks dolar AS terjadi pasca rilis data tenaga kerja AS versi Automatic Data Processing Inc. (ADP).
ADP melaporkan sepanjang bulan April perekonomian AS mampu menyerap 742.000 tenaga kerja, memang lebih banyak ketimbang bulan sebelumnya 565.000 tenaga kerja, tetapi cukup jauh di bawah estimasi pasar 872.000 tenaga kerja.
Data tersebut bisa memberikan gambaran pasar tenaga kerja AS tidak sekuat perkiraan pelaku pasar, dan menjadi acuan data tenaga kerja versi pemerintah yang akan dirilis malam nanti. Data tersebut akan berdampak pada pergerakan dolar AS selanjutnya, apakah terus nyungsep atau bisa rebound.
Pasar tenaga kerja yang tidak sekuat perkiraan tentunya memperkuat pernyataan bank sentral AS (The Fed) jika kondisi pasar tenaga kerja saat ini masih belum cukup untuk bank sentral memulai perundingan pengetatan moneter, yang membuat dolar AS tertekan.
Sumber CNBC Indonesia