Nilai tukar rupiah sukses menembus ke bawah Rp 14.000/US$ pada perdagangan kemarin. Sejak awal tahun ini, rupiah sudah 3 kali menembus level psikologis tersebut, tetapi selalu tidak tahan lama.
Melansir data Refinitiv, rupiah hari ini menguat 0,18% ke Rp 13.995/US$ di pasar spot. Sebelumnya, menembus Rp 14.000/US$, bahkan mencapai Rp 13.885/US$ pada 4 Januari lalu. Tetapi 5 hari perdagangan setelahnya kembali ke atas Rp 14.000/US$.
Rupiah berhasil menembus lagi level psikologis tersebut pada 21 Januari lalu, tetapi hanya berumur sehari saja. Baru hari ini, rupiah kembali ke bawah Rp 14.000/US$.
Salah satu faktor yang membuat rupiah sulit tahan lama di bawah Rp 14.000/US$ adalah masih tingginya penambahan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia.
Padahal pemerintah sudah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) selama 1 bulan terakhir. PPKM kini kembali diperpanjang, tetapi sedikit ada pelonggaran dan disebut PPKM Mikro mulai hari ini, Selasa (9/2/2021) hingga 22 Februari nanti.
Selama 1 bulan pelaksanaan PPKM, rata-rata penambahan kasus per hari mencapai 11.779 orang. Rata-rata tersebut meningkat tajam dibandingkan sebulan sebelumnya sebanyak 7.622 kasus per hari.
Terus menanjaknya kasus Covid-19 membuat para investor khawatir pemulihan ekonomi Indonesia akan terganggu, apalagi kini PPKM sudah dilonggarkan. Kekhawatiran tersebut membuat daya tarik rupiah meredup, yang membuatnya sulit melaju kencang menjauhi Rp 14.000/US$.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan terbuka cukup besar, apalagi kini sudah berada di bawah level psikologis Rp 14.000/US$.
Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.
Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.
Sementara itu, indikator stochastic bergerak mendatar dan dekat dengan wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Level psikologis Rp 14.000/US$ kini menjadi resisten terdekat, jika kembali ke atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.080 sampai 14.100/US$ yang merupakan resisten terdekat di pekan ini, dan berada di kisaran MA 50.
Jika resisten tersebut ditembus dan tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke 14.165/US$, sebelum menuju Rp 14.200 hingga Rp 14.260/US$ di pekan ini.
Sementara itu support terdekat berada di kisaran Rp 13.970/US$. Kemampuan melewati level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp Rp 13.940 hingga Rp 13.900/US$. Peluang penguatan lebih jauh di pekan ini akan terbuka cukup lebar jika rupiah mampu mengakhiri perdagangan di bawah level Rp 13.900/US$.
Sumber CNBC Indonesia