Rupiah perkasa di perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (11/6/2021), tiga dolar dibuat merosot cukup tajam. Meredanya isu tapering membuat rupiah akhirnya “meledak”, dolar Amerika Serikat (AS) bahkan dibuat turun ke bawah Rp 14.200/US$.
Dalam beberapa hari terakhir, rupiah mengakhiri perdagangan dengan stagnan atau penguatan tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi pagi ini dolar AS dibuat jeblok 0,42% ke Rp 14.185/US$. Level tersebut merupakan yang terkuat bagi rupiah sejak 11 Mei lalu.
Sementara itu dolar Singapura turun 0,32% ke Rp 10.725/SG$ di pasar spot. Sepanjang pekan ini, Dolar Singapura belum pernah menguat sekalipun melawan rupiah. Kemarin Mata Uang Negeri Merlion ini stagnan, sementara sebelumnya melemah 3 hari beruntun meski tipis-tipis saja.
Kemudian dolar Australia yang kemarin menguat 0,26% hari ini dibuat kembali ke bawah Rp 11.000/AU$. Rupiah mampu menguat 0,47% ke Rp 10.990,54/AU$.
Rupiah sebenarnya sudah punya tenaga untuk menguat sejak pekan lalu, tetapi tertahan akibat isu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral AS (The Fed).
Tapering pernah terjadi pada tahun 2013 lalu yang memicu gejolak di pasar finansial global atau yang disebut taper tantrum.
Rupiah saat itu menjadi korban taper tantrum, mengalami pelemahan hingga 50% sejak pertengahan Mei 2013 hingga akhir 2015.
Isu tapering sedikit meredup setelah rilis data inflasi kemarin. Departemen Tenaga Kerja mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Mei mencapai angka 5% secara tahunan. Ini jauh di atas polling ekonom oleh Dow Jones yang mengestimasikan angka 4,7%. Per April lalu, inflasi naik 4,2% menjadi laju tercepat sejak 2008.
Meski demikian, banyak yang berpendapat inflasi tinggi hanya sementara, sehingga The Fed belum akan melakukan tapering dalam waktu dekat.
Sumber CNBC Indonesia