Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat AS hingga pertengahan perdagangan Selasa (4/3/2021). Indeks dolar AS yang sedang tertekan serta data ekonomi Indonesia yang cukup bagus membuat rupiah leluasa menguat.
Melansir data dari Refinitiv, rupiah menguat 0,07% ke Rp 14.435/US$, setelahnya sempat stagnan di Rp 14.445/US$. Rupiah setelahnya menguat hingga 0,24% ke Rp 14.410/US$, sebelum terpangkas di Rp 14.415/US$ atau menguat 0,21% pada pukul 12:00 WIB.
Rupiah masih akan mampu mempertahankan penguatan bahkan tidak menutup kemungkinan menyentuh hingga melewati Rp 14.400/US$ di sisa perdagangan hari ini. Hal tersebut terindikasi dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Indeks dolar AS turun 0,37% ke 90,945 Senin kemarin. Penurunan tersebut terjadi setelah data menunjukkan ekspansi aktivitas manufaktur AS melambat di bulan April.
Institute of Supply Management (ISM) melaporkan purchasing managers’ index (PMI) manufaktur AS pada April 2021 adalah 60,7. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 64,7 meski masih di zona ekspansi karena jauh di atas 50.
Penurunan aktivitas manufaktur disebabkan oleh dunia usaha yang kewalahan dalam memenuhi permintaan yang meningkat pesat. Dunia usaha kehabisan bahan baku (input) karena permintaan melonjak akibat vaksinasi anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang masif plus kehadiran stimulus fiskal dari Gedung Putih.
Sebaliknya, IHS Markit kemarin melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang tercermin dari PMI bulan April melesat menjadi 54,6 yang merupakan rekor tertinggui sepanjang sejarah, melewati rekor sebelumnya 53,2 yang dicapai pada bulan Maret.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Angka di atas 50 menunjukkan dunia usaha tengah dalam fase ekspansi.
Itu artinya sektor manufaktur sudah berekspansi dalam 6 bulan beruntun, dan mencatat rekor dalam 2 bulan terakhir.
“Kunci dari perbaikan ini adalah pertumbuhan pemesanan baru (new orders) yang sangat pasar. Dunia usaha melakukan ekspansi yang signifikan, dan mencatat rekor tertinggi sejak survei dilakukan pada April 2011,” sebut keterangan resmi IHS Markit, Senin (3/5/2021).
Sumber CNBC Indonesia