Rupiah mendapat sentimen positif dari peningkatan ekonomi selama mudik Lebaran, tetapi tertekan efek kenaikan suku bunga The Fed.
Rupiah diprediksi melemah terbatas pada perdagangan perdana setelah libur Lebaran seiring dengan langkah Bank Sentral AS, Federal Reservemenaikkan suku bunga sampai 50 basis poin.
Pada Kamis (28/4/2022), mata uang rupiah ditutup turun 81 poin atau 0,56 persen ke level Rp14.494 per dolar AS.
Sementara itu, mata uang Asia lainnya ditutup mayoritas melemah yakni yen Jepang yang melemah 1,72 persen, won Korea Selatan yang melemah 0,53 persen, yuan China yang turun 0,75 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,14 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah saat ini masih menunjukkan indikasi menguat meskipun The Fed menaikkan suku bunga.
“Kalau pasar dibuka, ini cukup bagus sekali karena rupiah terus mengalami penguatan ke Rp14.412 atau menguat 44 poin karena bersamaan dengan mudik lebaran, banyak orang menggunakan uang dengan antusias,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (5/5/2022).
Selain itu, di Indonesia protokol kesehatan masih tetap diterapkan selama masa mudik, tidak terjadi hal-hal seperti kecelakaan, kekurangan BBM, dan di sisi lain pelarangan ekspor minyak CPO dan turunannya cukup membantu mendongkrak rupiah.
Selama masa mudik, diperkirakan peredaran uang secara nasional mencapai Rp72 triliun. Ini yang membuat konsumsi masyarakat Indonesia naik. Hal tersebut turut mengindikasikan masyarakat begitu antusias membelanjakan uangnya.
Hal ini juga menjadi salah satu alasan pelaku pasar luar negeri menilai Indonesia cukup bagus untuk menempatkan uangnya dan menguatkan rupiah walaupun indeks dolar AS sempat menguat tajam.
Namun, pada momentum kenaikan suku bunga AS mendatang, rupiah diperkirakan bisa melemah terbatas. Hal ini karena kenaikan suku bunga akan menguatkan indeks dolar AS dan membuat banyak investor mengalihkan dananya ke dolar sebagai safe haven.
“Saat ini para spekulan terus mendorong masuk arus modal asing ke Indonesia yang menguatkan rupiah, bisa sampai minggu kedua Mei, saat pembukaan pasar setelah libur lebaran. Tapi nanti mendekati tanggal 15-16 Mei rupiah kemungkinan akan mengalami pelemahan ke 14.550-an,” jelasnya.
Sementara itu, analis Komoditas dan Founder Traderido.com Wahyu Laksono mengatakan, kenaikan suku bunga karena inflasi AS lebih dari 8 persen dan pasar tenaga kerja yang mengetat mengalahkan kontraksi PDB pada kuartal pertama.
“USD masih potensial bullish terhadap semua mata uang,” jelasnya kepada Bisnis, Minggu (8/5/2022).
Selain itu belanja konsumen AS tetap kuat dan kontribusi dari investasi tetap solid dan akan berlanut hingga kuartal II/2022.
“Dolar juga akan naik signifikan jika Ketua The Fed Jerome Powell meremehkan kecemasan pertumbuhan dan fokus untuk menjinakkan inflasi. Terutama terkait lockdown China yang berpengaruh pada rantai pasokan,” lanjutnya.
Namun, masih ada sejumlah sentimen membayangi, di antaranya ancaman inflasi yang masih tinggi, ancaman rantai pasokan yang masih gawat apalagi China masih lockdown, dan urusan Rusia Ukraina yang masih panjang tak kunjung usai.
Terhadap rupiah, Wahyu mengatakan bakal menekan rupiah melemah pada pembukaan perdagangan esok hari.
“Tapi pelemahan rupiah akan terbatas karena justru kita punya posisi fundamental kuat didukung komoditas,” ungkapnya.
Sumber Bisnis.com