Rupiah sudah 7 hari tidak pernah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Tren negatif tersebut bisa jadi masih akan berlanjut pada perdagangan Rabu (1/12).
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,09% ke Rp 14.333/US$. Depresiasi rupiah bertambah menjadi 0,14% ke Rp 14.340/US$ pada pukul 9:08 WIB.
Kabar buruk bagi rupiah datang dari Jay Powell yang mengatakan bisa mempercepat laju tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).
“Saat ini perekonomian sangat kuat dan inflasi juga sangat tinggi, oleh karena itu menurut pandangan saya akan tepat jika mempertimbangkan menyelesaikan tapering lebih cepat, mungkin beberapa bulan lebih awal,” kata Powell di hadapan Senat AS, sebagaimana diwartakan CNBC International, Selasa (30/11).
The Fed mulai mulai melakukan tapering sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya mulai November lalu. Dengan nilai QE sebesar US$ 120 miliar, butuh waktu 8 bulan untuk menyelesaikannya. Artinya, tapering akan berakhir pada bulan Juni tahun depan.
Pasar masih kalem merespon tapering tersebut, tidak terjadi gejolak di pasar finansial seperti pada tahun 2013, yang disebut taper tantrum. Sebabnya, Powell sudah memberikan indikasi akan melakukan tapering sejak awal tahun ini, sehingga pasar lebih siap. Rupiah pun masih sempat menguat saat tapering dimulai bulan lalu.
Tetapi, percepatan tapering menjadi kejutan bagi pasar yang berisiko menimbulkan gejolak. Apalagi ketika tapering dipercepat, ada peluang The Fed juga menaikkan suku bunga lebih awal.
Beberapa pejabat elit The Fed dalam beberapa pekan terakhir memang banyak mendorong untuk mempercepat laju tapering. Tetapi, Powell diperkirakan tidak akan se-hawkish itu.
Nyatanya, Powell juga bersikap sama, yang membuat pelaku pasar terkejut.
“Semua orang terkejut dengan sikap Powell yang menjadi hawkish. The Fed kini kemungkinan akan menaikkan suku bunga dengan lebih agresif,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (30/12).
Pasca pernyataan Powell tersebut, spekulasi kenaikan suku bunga di bulan Juni 2022 semakin menguat.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar kini melihat probabilitas sebesar 44% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin (0,25% menjadi 0,25% – 0,5% pada bulan Juni tahun depan. Probabilitas tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan yang lainnya.
Powell juga mengatakan akan membahas mengenai percepatan tapering di bulan ini.
“Saya mengharapkan The Fed akan mendiskusikan percepatan tapering pada rapat bulan Desember,” tambah Powell.
Sumber CNBC Indonesia