Rupiah masih tertahan di zona merah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Jumat (3/12). Rupiah sudah sejak pekan lalu tidak pernah menguat melawan dalar AS, dan kini memasuki haru ke-10.
Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,1% ke Rp 14.390/US$. Kurang dari 5 menit berselang, depresiasi rupiah bertambah menjadi 0,21% ke Rp 14.405/US$, level tersebut merupakan yang terlemah sejak akhir Agustus lalu.
Pada pukul 12.00 WIB, rupiah berada di Rp 14.400/US$, melemah 0,17% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Sebelum hari ini, rupiah 9 hari tak pernah menguat, rinciannya 7 kali melemah dan 2 kali stagnan.
Kemungkinan bank sentral AS (The Fed) akan mempercepat normalisasi kebijakan moneternya, serta penyebaran virus corona Omicron membuat rupiah tertekan.
Omicron bahkan membuat pelaku pasar kini menjauhi rupiah. Hal tersebut terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.
Hasil survei tersebut menunjukkan pelaku pasar yang sebelumnya mengambil posisi beli (long) rupiah, kini berbalik menjadi jual (short).
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.
Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.
Survei ini lagi-lagi konsisten dengan pergerakan rupiah, ketika investor mengambil posisi long rupiah akan menguat begitu juga sebaliknya.
Survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (2/12/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di 0,15, berbalik dari naik dari 2 pekan lalu -0,72.
Dari 9 mata uang yang disurvei, hanya yuan China yang masih diburu para pelaku pasar, dengan angka -0,88, naik tipis dari sebelumnya -0,87. Rupiah yang sebelumnya berada di urutan kedua kini menyusul mata uang lainnya yang sudah terlebih dahulu dijual pelaku pasar. Hasil survei tersebut menunjukkan rupiah masih berisiko melemah ke depannya.
Meski demikian, di sisa perdagangan hari ini rupiah berpeluang memangkas pelemahan. Hal tersebut terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Sumber CNBC Indonesia