Nilai tukar rupiah sempat menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (13/10), tetapi hanya bertahan sesaat. Sama seperti kemarin, Mata Uang Garuda kembali ke zona merah meski tipis.
Rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.205/US$, setelahnya berbalik melemah 0,04% di Rp 14.220/US$ dan tertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB. Meski melemah tipis-tipis saja, tetapi rupiah perlahan menjauhi lagi level Rp 14.200/US$.
Pelaku pasar saat ini menanti rilis data inflasi AS yang akan dirilis nanti malam. Inflasi merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) dalam memutuskan kapan waktu tapering serta menaikkan suku bunga.
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperingatkan bank sentral di dunia seperti The Fed agar bersiap untuk menaikkan suku bunga seandainya inflasi lepas kendali.
Para pejabat The Fed sebelumnya sudah menyatakan jika suku bunga merupakan senjata utamanya dalam melawan inflasi yang berada di level tertinggi dalam 30 tahun terakhir.
Bahkan, Presiden The Fed wilayah St. Louis James Bullard, menyatakan The Fed bisa agresif dalam melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).
Pasar memperkirakan The Fed akan mengumumkan tapering di bulan depan, dan eksekusi pertama dilakukan pada bulan Desember. Dengan nilai QE saat ini sebesar US$ 120 miliar per bulan, The Fed diperkirakan akan menguranginya sebesar US$ 15 miliar per bulan, sehingga butuh waktu 8 bulan untuk menyelesaikannya.
Tetapi Bullard mengatakan ia mendukung program tersebut selesai di kuartal I-2022.
“Saya sudah menganjurkan untuk menyelesaikan proses tapering di akhir kuartal pertama tahun depan, karena saya ingin berada di posisi untuk bereaksi jika inflasi terus meninggi” kata Bullard kepada CNBC International Selasa (12/10).
Reaksi yang dimaksud adalah menaikkan suku bunga.
Isu terkait tapering serta kenaikan suku bunga tersebut membuat rupiah sulit menguat di sisa perdagangan hari ini. Peluang penguatan rupiah baru akan terbuka cukup lebar jika data inflasi di AS nanti malam menunjukkan pelambatan.
Sumber CNBC Indonesia