Rupiah melemah tipis 0,04% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.230/US$ Rabu kemarin. Pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) Kamis (23/9) dini hari tadi.
Bank sentral pimpinan Jerome Powell tersebut mengindikasikan tapering akan segera dilakukan. Meski demikian, sinyal tersebut masih sesuai dengan prediksi pasar, tapering akan diumumkan pada bulan November, dan pertama dilakukan pada Desember.
“Jika semua kemajuan terus sesuai dengan ekspektasi, anggota Komite menilai pengurangan nilai pembelian aset bisa segera dilakukan,” tulis pernyataan The Fed.
Indeks dolar AS yang sebelumnya melemah langsung berbalik menguat 0,28% pasca pengumuman tersebut.
Powell dalam konferensi persnya anggota Komite (Federal Open Market Committee/FOMC) sudah siap untuk melakukan tapering, meski saat ini belum membuat keputusan.
“Saat ini belum ada keputusan (kapan tapering dilakukan), anggota FOMC umumnya melihat selama pemulihan ekonomi berada pada jalurnya, tapering secara bertahap bisa dilakukan dan akan selesai pada pertengahan tahun depan,” kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.
The Fed yang belum mengumumkan tapering dini hari tadi dianggap dovish oleh sebagian pelaku pasar, sehingga rupiah masih bisa membendung penguatan dolar AS.
“Pengumuman tapering kemungkinan akan dilakukan pada November, fakta bahwa mereka tidak melakukan hari ini menunjukkan FOMC masih dovish,” kata Peter Boockvarm kepala investasi di Belakley Advisory Group.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan mengingat rupiah mengakhiri perdagangan dengan melemah tipis. Sepanjang September rupiah yang disimbolkan USD/IDR bergerak sideways dengan batas atas di kisaran Rp 14.280/US$ dan batas bawah di Rp 14.185/US$.
Sideways artinya rupiah cenderung bergerak dalam rentang harga tersebut. Kemudian, Pola Hammer masih menjadi risiko utama rupiah.
Pola Hammer tersebut masih menjadi mimpi buruk bagi rupiah, pada perdagangan Kamis (9/9) rupiah menutup perdagangan di atas pola tersebut. Artinya, pola Hammer terkonfirmasi sebagai pola pembalikan arah, rupiah patut waspada. Pola Hammer baru batal ketika rupiah melewati tail (ekor) di Rp 14.170/US$.
Meski demikian, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200 sepanjang pekan lalu. Artinya, rupiah bergerak di bawah 3 MA yang bisa memberikan tenaga menguat.
Selain itu, rupiah juga sudah menembus ke bawah bullish trend line (garis warna merah) yang menguntungkan dolar AS.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.200/US$, jika dilewati maka target selanjutnya Rp 14.170/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa Rupiah menuju Rp 14.150 hingga Rp 14.120/US$, dan membuka peluang ke Rp 14.000an/US$ jika area tersebut juga dilewati.
Sementara resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.230/US$ hingga Rp 14.250/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.280/US$ hingga Rp 14.290/US$ yang merupakan MA 200. Penembusan di atas level tersebut akan membuat rupiah merosot di pekan ini ke menuju Rp 14.350/US$.
Sumber CNBC Indonesia