Nilai tukar rupiah berbalik melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pertengahan perdagangan Kamis (3/6/2021).
Di awal perdagangan rupiah sebenarnya menguat cukup tajam, tetapi isu tapering yang kembali muncul membuatnya berbalik melemah.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,18% di Rp 14.250/US$. Level tersebut sekaligus menjadi yang terkuat pada hari ini, rupiah setelahnya memangkas penguatan hingga berbalik melemah. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.300/US$, melemah 0,18%.
Tapering merupakan kebijakan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral AS (The Fed). Ketika hal tersebut dilakukan, maka aliran modal akan keluar dari negara emerging market dan kembali ke Negeri Paman Sam. Hal tersebut dapat memicu gejolak di pasar finansial yang disebut taper tantrum.
Taper tantrum pernah terjadi di tahun 2013, saat itu nilai tukar rupiah merosot tajam. Hal ini menjadi perhatian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan memprediksi kemungkinan terjadinya di tahun depan.
“Kita pernah belajar dari fenomena terdahulu seperti taper tantrum di tahun 2013, dimana ekspektasi normalisasi kebijakan moneter AS dapat mendorong pembalikan arus modal dari negara berkembang,” jelas Sri Mulyani dalam rapat paripurna, Senin (31/5/2021).
Ia mengatakan ada beberapa instrumen yang sedang disiapkan dalam mengantisipasi hal itu.
Wacana tapering sebenarnya sudah diredam oleh The Fed dalam beberapa bulan terakhir. Tetapi kini Presiden The Fed wilayah Philadelphia, Patrick Harker, kembali membuka wacana tersebut.
Harker mengatakan perekonomian AS terus menunjukkan pemulihan dari krisis virus corona dan pasar tenaga kerja terus menunjukkan penguatan, dan menjadi saat yang tepat bagi The Fed untuk mulai memikirkan tapering.
“Kami berencana mempertahankan suku bunga acuan di level rendah dalam waktu yang lama. Tetapi ini mungkin saatnya untuk mulai memikirkan pengurangan program pembelian aset yang saat ini senilai US$ 120 miliar,” kata Harker sebagaimana dilansir Reuters.
Pernyataan tersebut membuat dolar AS kembali perkasa. Rapat kebijakan moneter The Fed pada pertengahan bulan ini akan menjadi perhatian pelaku pasar, apakah The Fed benar mulai mempertimbangkan tapering atau masih mempertahankan sikapnya untuk melihat perkembangan perekonomian yang substansial.
Sumber CNBC Indonesia